SULASTRI DAN EMPAT LELAKI KARYA M. SHOIM ANWAR

 Karya sastra adalah seni bahasa yang diciptakan oleh umat manusia yang merupakan hasil dari pemikiran yang direalisasikan dalam bentuk tulisan. Oleh sebab itu, dalam sebuah karya sastra sering digambarkan kehidupan manuisa baik secara nyata maupun tidak nyata. cerpen adalah salah satu jenis karya sastra imajinasi yang membahas tetang permasalahan kehidupan seseorang atau berdasarkan tokoh. Menurut Anwar (2019:1), karya sastra selalu berkembang seiring dengan berjalannya kebudayaan manusia. Semakin maju kebudayaan manusia, semakin maju pula kesusastraannya. 


Karya sastra cerpen menjadi salah satu karya yang berkembang dan menjadi cerminan dalam kehidupan masyarakat dan pengarangnya. Salah satunya cerpen yang berjudul Sulastri dan Empat Lelaki karya M. Shoim Anwar. Dalam cerpen tersebut, banyak muncul konflik/permasalahan-permasalahan yang dialami tokoh utama Sulastri, yakni mulai dari; konflik sosial ekonomi, konflik agama, konflik politik, konflik kelas sosial dan masih banyak konflik lainya. Cerpen ini seakan menjadi tamparan keras bagi pemimpin kita yang tidak mampu mengontrol kekuasaan dengan adil terutama bagi kasta menegah dan kasta bawah. Pengarang mampu mengecoh pembaca. Penyajian judul dan alur cerita dibungkus dengan diksi yang unik dan indah. Contohnya pembaca yang terkecoh akan beranggapan bahwa cerpen Sulastri dan Empat Lelaki bercerita tentang seorang wanita yang sangat cantik yang terlibat jalinan kasih dengan empat lelaki, namun nyatanya tidak demikian. 

Cerpen Sulastri dan Empat Lelaki ini menceritakan tentang seorang wanita yang sedang merenungi nasibnya sendiri diatas tanggul yang mengarah ke bibir pantai laut merah. Dalam renungan itulah ia bertemu dengan seorang polisi yang bertugas untuk menjaga dermaga. Dalam percakapan itu polisi meminta agar sulastri ini cepat turun namun sulastri tidak menghiraukannya sehingga polisi ini naik pita dan berlari kearah sulastri untuk segera membawanya turun. Suastri yang tidak mau ditangkap itu akhinya berlari dan bersembunyi agar ia terhindar dari polisi tersebut. Beberapa saat setelah polisi itu pergi sulastri kembali ke bibir laut merah, dalam gemerlapnya air dalam laut itu ia teringat aliran air yang ada dibengawan solo yang seringkali dilalui oleh suaminya yang beranama markam untuk ke sebuah kuburan yang dirimbuni pohon besar untuk bertapa agar mendapatkan sebuah pusaka. Sulastri seringkali memarahi markam karena ia lebih mementingkan mencari sebuah pusaka daripada mengurusi kemelaratan istri dan anaknya yang sedang kelaparan. Sebuah kegiatan spiritual yang kurang tepat karena lari dari tanggung jawab sebagai seorang kepala keluarga.

Ketika bayang-bayang suaminya itu telah memudar, ia dikagetkan dengan sesosok manusia berbadan gagah, dempal, Otot-ototnya tampak kekar, tubuh yang diibaratkan sebagai sang penerkam tiba-tiba keluar dari dalam laut yang ia namai sebagai firaun. Sulastri berlari kearas polisi yang tadi sempat mengejarnya namun polisi itu acuh dan tidak menghiraukannya. Sulastri berlari untuk menyelamatkan diri. Ia sangat ketakutan dan panik kala firaun sedang mengejarnya. Rambutnya ditarik hingga jebol. Tubuhnya pun lemah kehilangan kesadaran. Tiba-tiba muncul sosok Musa dengan tongkatnya. Sulastri meminta pertolongan kepada Musa namun kata kata yang sulastri ucapkan selalu dibantah oleh Musa.

Tolonglah saya, Ya Musa, pinta Sulastri.

Kau masuk ke negeri ini secara haram. Bagaimana aku bisa menolongmu? jawab Musa dengan suara besar menggema.

Saya ditelantarkan suami, Ya Musa.

Suamimu seorang penyembah berhala. Mengapa kau bergantung padanya?

 Negeri kami miskin, Ya Musa.

Kekayaan negerimu melimpah ruah. Kau lihat, di sini kering dan tandus.

 Kami menderita, Ya Musa.

Para pemimpin negerimu serakah.

Kami tak kebagian, Ya Musa

Mereka telah menjarah kekayaan negeri untuk diri sendiri, keluarga, golongan, serta para cukongnya.

Kami tak memperoleh keadilan, Ya Musa.

Di negerimu keadilan telah jadi slogan.

Tolonglah saya, Ya Musa.

Para pemimpin negerimu juga tak bisa menolong. Kau hanya dibutuhkan saat pemilu. Setelah itu kau dijadikan barang dagangan yang murah.

Sontak angin datang bergemuruh. Lelaki yang dipanggil sebagai Musa menghablur dalam pandangan Sulastri. Terlihat dari kejauhan firaun tertawa dengan lepas, sulastri kembali berlari. Ia sangat ketakutan. Ia mencari pertolongan kesana kemari manun tak ada yang menolongnya. Tangan Firaun yang kekar meraih baju Sulastri dari belakang. Baju itu robek dan tertinggal di genggaman Firaun. Sulastri terus memacu langkahnya yang hapir putus. Firaun makin menggeram. Kali ini rambut Sulastri yang panjang dijambak dan ditarik kuat-kuat oleh Firaun. Rambut itu pun jebol dari akarnya. Sampai akhirnya sulastri tak kuat untuk berlari, nabi Musa kembali datang dihadapannya. Sulastri seolah-olah mendapat kekuatan. Lalu diberikanlah tongkat  Musa kepadanya. Tongkat pun di pukulkan kepada Firaun dan ia hancur berkeping-keping. Kemudian Sulastri tersadar, ia tebangun dari tidur dan mendapati dirinya di bibir pantai laut merah. Tongkat yang tadi digengamnya pun tidak ada. Ia kaget, apakah kejadian yang dialaminya tadi hanya mimpi. Cerpen pun selesai.

Penulis disini menyinggung tentang ketidakadilan dan ideology dominan yang dilakukan oleh penguasa. Dalam kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dari uang dan kekuasaan. Uang dan kekuasaan seakan menjadi santapan lezat yang diperebutkan oleh setiap insan. Seperti yang kita tahu bahwa ada tiga kasta yaitu kasta atas, kasta menengah, dan kasta bawah. Mereka yang berada di kasta menengah dan kasta bawah rela melakukan segala cara agar mereka dapat memenuhi kebutuhan  kehidupannya dan ada pula karena menolak masuk dalam golongan masyarakat kelas bawah. Saat kasta bawah menjadi budak penguasa mereka tidak akan perduli jika harus berada dibawah kendali penguasa. Penguasa adalah seseorang yang memiliki hak untuk mengendalikan, merampas, menindas, memaksa, dan melakukan kekerasan terhadap seorang budak. Tindakan-tindakan yang dialami oleh tokoh Sulastri dengan ke empat lelaki ini menjelaskan adanya unsur Hegemoni. Unsur hegemoni politik atau hegemoni kekuasaan.

Dalam bahasa Yunani, hegemoni adalah dominasi karena dalam praktik sebelumnya, hegemoni menunjukkan posisi dominan dalam kehidupan sehari-hari. Hegemoni dalam KBBI bermakna beragam seperti, pengaruh kepemimpinan, dominasi, kekuasaan, dan sebaginya suatu negara atas negara lain (negara bagian). Berdasarkan kutipan dalam cerpen Sulastri membuktikan adanya unsur hegemoni kekuasaan sebagai berikut :

Sang polisi kembali bertanya apa yang akan dikerjakan Sulastri. Perempuan itu tak menjawab. Polisi berbaret biru dan berkulit gelap itu memberi isyarat agar Sulastri turun dari tanggul. 

Naam? Lelaki itu meminta-minta.

Laa, Sulastri menggeleng pelan. Permintaan diulang beberapa kali. Sulastri tetap menolak turun. Polisi berlari ketanggul, ketika hamper sampai ke tanggul, Sulastri menjauh semakin cepat dann cepat.

Polisi tidak akan meyerahkannya ke dutaan untuk dideportasi.  Karena ia harus bergabung dengan temannya untuk mengumpulkan uang, lalu diserahkan pada perantara yang bekerja ala mafia. Para perantra inilah yang menghubungi polisi. Permintaan diulang beberapa kali. Sulastri tetap menolak turun. Polisi berlari ketanggul, ketika hamper sampai ke tanggul, Sulastri menjauh semakin cepat dann cepat.”

Kutipan tersebut menjelaskan bahwa adanya bentuk hegemoni politik dimana polisi menggunakan kekuasaannya untuk memerintahkan Sulastri terjun ke laut dari atas tanggul. Namun sulastri menolak dengan melarikan diri dari polisi tersebut. Hal ini sulastri lakukan untuk menghiddari adanya kekerasan fisik dari polisi. Seperti yang dikemukan oleh Gramsci dalam Jurnal Hegemoni sebagai Teori Kebudayan (Saptono),  bahwa hegemoni kekuasaan akan bertahan lama jika pelaku hegemoni menggunakan dua perangkat kerja.  Salah satunya perangkat kerja yang mampu melakukan tindakan kekerasan yang bersifat memaksa, biasanya dilakukan oleh hukum, aparat polisi, dan militer, bahwkan penjara. Kesalahan pengunaan kekuasaan yang dilakukan oleh polisi terhadap Sulastri menegaskan kembali bahwa mereka yang memiliki kekuasaan mampu mengontrol, memaksa, dan memerintah dengan semaunya.

Kemudian tokoh utama juga memperoleh hegemoni dari sang penguasa Firaun. Ia menganggapnya hanya seorang budak yang ia beli dari suaminya sendiri. Berikut adalah bukti kutipan :

Firaun lelaki bertubuh gemapal, tampak kekar, wajah kotak, matanya cekung, dan cenderung pendek.Dia berdiri tegak sambil tertawa mengibas-ngibaskan anggota badan. Sulastri gemetar dan mencoba meminta tolong pada polisi.

Tak usah takut hai, Budak! Kata Firaun. 

Aku bukan budak

Oo siapa yang telah membayar untuk mebebaskanmu? Semua adalah milikku. Semua adaah aku!

Tugas seorang budak adalah melayani tuannya. Namun disini Sulastri seakan sudah lelah tindakan dengan Firaun dan mencoba untuk pergi dari Firaun. Firaun digambarkan pengarang sebagai penguasa pada umumnya. Penguasa yang memiliki perut buncit dan daging yang gempal karena terlalu banyak memakan uang rakyat.  Kekuasaan yang dimiliki Firaun seakan tidak dapat dibendung ia memaksa dan memerintah budaknya hanya untuk kesenagannya semata. Tanap melihat bagaimana ketakutan dan keresahan yang dirasakan budak. 

Para pemimpinmu negerimu serakah.

Kami tak kebagian, Ya Musa.

Mereka telah mejara kekayaan negeri untuk diri sendiri, keluarga, golonga, serta para cukongnya.

Kami tidak memperoleh keadilan, Ya Musa.

Dinegerimu keadilan menjadi slogan. Para pemimpin negerimu juga tak bias menolong. Kau hanya dibutuhlan saat pemilu. Setleah itu kau dijadikan barang dagangan murah.

Pengarang secara gamblang menyindir para pengausa di negeri kita. Para penguasa yang tidak menanamkan arti keadilan. Para penguasa yang haus akan kekuasaan dan uang. Mereka hanya penjilat rakyatnya ketika mereka butuh. Mereka menjadi penjilat dengan melontarkan janji-janji ketika pemilihan umum berlangsung. Katanya mereka berjanji akan mensejahterahkan dan menanamkan keadilan untuk bangsanya, nyatanya ketika sudah mendapatkan kursi pemimpin ia lupa akan rakyatnya yang bersuara dengan lantang untuk mendungkungnya sebagai pemimpin di negeri ini. Pemimpin digambarkan oleh pengarang sebagai pemimpin yang rakus dan tamak. Kekayaan di negeri kita seakan tidak akan ada habisnya, sebab negeri kita adalah negeri  yang kaya. Namun jika negeri ini dikuasi oleh pemimpin yang salah maka tidak akan ada yang namanya keadilan. Kekayaan negeri ini tidak akan diperoleh oleh mereka gelongan kasta menengah dan kasta rendah. Seperi yang dikemukakan oleh Gramsci Gramsci dalam jurnal Teori Hegemoni sebagai Teori Kebudayan (Saptono) mengatakan bahwa, hegemoni adalah suatu kelompok sosial harus dapat melaksanakan kepemimpinan sebelum memenangkan kekuasaan pemerintahan. Dan menjadi dominan ketika kekuasaan tersbeut sudah dijalankan.

Jika dikaji secara mendalam cerpen ini banyak sekali mengandung nilai nilai filosofis serta nilai moral yang dapat kita jadikan pelajari.  Cerpen ini merupakan sebuah simbol keberanian. Menurut saya pribadi, tokoh bernama sulastri itu menggambarkan seorang rakyat yang ditindas oleh penguasa. Musa yang diceritakan sebagai penolong sebenarnya adalah keberaniannya sendiri. oleh karena itu, kita harus berani untuk menyuarakan kebenaran walaupun itu sangat sulit untuk dilakukan namun Insyaallah akan berbuah manis dikemudian hari. Berbicara tentang keberanian, saya jadi ingat sebuah semboyan dari salah satu guru saya yang mengatakan bahwa ketika kita menyampaikan suatu kebenaran maka akan ada dua respon yang berbeda. Pertama; orang cerdas akan merenung, kedua; orang bodoh akan tersinggung. Karena sulit meyakinkan lalat, bahwa bunga jauh lebih indah daripada sampah. Yah begitulah ulasan cerpen kali ini. See you next tomorrow.


Daftar Pustaka

Wikipedia. Tanpa Tahun. Hegemoni. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hegemoni#:~:text= Hegemoni20(bahasa20Yunani. Diunduh 25 April 2021 pukul 00:35 WIB

Saptono. Tanpa Tahun. Teori Hegemoni. http://repo.isi-dps.ac.id/226/1/Teori_Hegemoni_ Sebuah Teori_Kebudayaan_Kontemporer.pdf. Diunduh 25 April 2021 pukul 00:35 WIB

KBBI Online. Pengertian Hegemoni

Komentar

Postingan Populer