Puisi Widji Tukul
Banyak sekali cara untuk menciptakan sebuah karya sastra dan merealisasikannya, baik itu dalam bentuk novel, puisi, drama dan banyak sekali lainnya. Lain orang lain pula karya sastra yang dihasilkan. Banyak sekali sastrawan-sastrawan Indonesia yang memiliki ciri khas dalam menciptakan sebuah karya sastra entah itu karya sastra yang ia buat bertema percintaan, perjalanan hidup, sampai karya sastra tentang sebuah perlawanan kaum bawah terhadap penguasa seperti halnya Widji Tukul.
Tentu kita tidak asing lagi bila mendengar nama beliu, nama Widji Tukul dari dulu hingga sekarang dikenal sebagai seorang yang menyuarakan pergerakan protes tentang sebuah kebijakan dan keadilan oleh kaum bawah yang ditetapkan oleh penguasa/para petinggi/pemerintah pada waktu itu.
Banyak sekali karya sastra puisinya yang sangat menuai berbagai kecaman karena dalam puisi tersebut mengandung sindiran terhadap pejabat/pemimpin tertentu sehingga membuatnya sebagai buronan yang paling dicari pada masa itu lantaran puisi yang ia ciptakan membuat para penduduk/masyarakat diwilayah tersebut menjadi berani terhadap para penguasa sehingga jika Widji Tukul tidak dihentikan maka ia akan semakin banyak massa yang ada dipihaknya. Salah satu puisi yang paling dikenal dan yang paling populer sampai saat ini adalah puisi yang berjudul “peringatan”.
“PERINGATAN”
Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa
Kalau rakyat bersembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar
Bila rakyat berani mengeluh
Itu artinya sudah gasat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!
Puisi tersebut dari dulu hingga sekarang seakan masih hidup dan masih sangat relevan jika dihubungkan dalam keadìlan pada saat ini, atau bahkan masa yang akan datang. Dalam beberapa aksi demo yang terjadi, banyak sekali yang menggunakan puisi ini sebagai pengobar semangat dan untuk menyuarakan keadilan seakan-akan ada Widhi Tukul yang menunggangi mereka untuk menyuarakan hal tersebut. Tak hanya puisi peringatan saja karya Widji Tukul yang paling populer, terdapat juga puisi yang berjudul “dibawah selimut kedamaian palsu” yang tak kalah populernya dari puisi yang pertama. Puisi ini merupakan sebuah sindiran yang ditujukan kepada orang pintar yang enggan mengamalkan ilmu yang ia miliki serta berisi sindiran terhadap seorang yang selalu membaca buku namun memiliki mulut yang selalu bungkam.
“DI BAWAH SELIMUT KEDAMAIAN PALSU:
jangan terus tindas rakyat yang membisu
jika demikian...
kalian seperti membangun bendungan yang bakal jebol
arus menggasak
hingga tamatlah kekuasaanmu
jangan jadikan rumahmu gudang penuh
barang mewah dan timbunan bahan makanan
jangan sanak familimu kaya karena bintang bintang pangkatmu
jika demikian...
kalian telah melahirkan musuh bagi anak cucumu
janganlah rampas tanah rakyat
jangan abaikan kepentingannya
sebab tanah adalah bumi tempat ibadah kepada tuhannya
tempat memuliakan dirinya dengan kerja
jika itu kau lakukan...
berarti telah kau tabur sendiri
iman kekacauan di negeri ini
jangan redam pikiran rakyat dengan paksa
jangan coba bikin ketentraman dengan penuh dengan ancaman
jika demikian...
berarti kalian telah menggugah
raksasa yang tidur di bawah
selimut kedamaian palsu
maka pada saat itulah
sejarah akan kembali membacakan
kisah kisah tirani: Yang Harus Diturunkan!
Seperti yang telah dijelaskan di atas, puisi tersebut merupakan sebuah sindiran yang beliau tujukan kepada orang berilmu yang enggan membagi ilmunya, serta orang yang selalu membaca namun bungkam. Namun ada hal yang dapat dipetik dari puisi tersebut bahwa agar kita bisa mengamalkan ilmu yang kita miliki dan kita pelajari sehingga ilmu yang kita turunkan nantinya menjadi sebuah manfaat bagi yang mengamalkannya tentunya tentang ilmu yang baik, bukan ilmu yang buruk. Selain itu, kita juga harus menjadi lebih bijak dalam memanfaatkan ilmu yang telah kita dapat sehingga ilmu itu akan berubah menjadi sebuah amal jariyah kita suatu saat nanti di surgaNya Allah SWT.
Dari kedua puisi tersebut dapat kita pahami bahwa Widji Tukul merupakan sebuah tokoh yang sangat menjunjung tinggi sebuah keadilan/perlawanan. ia tidak perlu susah payah untuk membuat bom, menggunakan senjata perang, atau alat tempur yang lainnya, cukup dengan membuat puisi maka puissi itu lebih tajam dari senjata apapun. Salam perjuangan!
Komentar
Posting Komentar