Setan Banteng ( Seno Gumira Ajidarma)

          Kali ini kita akan membahas salah satu cerpen milik sastrawan besar Indonesia yakni Seno Gumira Ajidarma yang berjudul "Setan Banteng". Sebelum masuk ke dalam ulasan cerpen, akan dijelaskan terlebih dahulu siapa beliau sebenarnya. Seno Gumira Ajidarma adalah putra dari Prof. Dr. M.S.A Sastroamidjojo, seorang guru besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada. Beliau lahir di Boston, Amerika Serikat, 19 Juni 1958; umur 62 tahu adalah penulis dari generasi baru di sastra Indonesia. Beberapa buku karyanya adalah Atas Nama Malam, Wisanggeni—Sang Buronan, Sepotong Senja untuk Pacarku, Biola tak Berdawai, Kitab Omong Kosong, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, Negeri Senja dan masih banyak lagi karya lainnya yang beliau ciptakan salah satunya adalah cerpen setan banteng yang akan kita bahas. 

          Cerpen setan banteng ini menceritakan tentang sekelompok anak yang sedang melakukan permainan memanggil mahluk astral dengan menggunakan mediator sebagai alat untuk memainkan permainan tersebut sampai akhirnya mediator tersebut berubah sifat selayaknya seeokor banteng yang sangat emosi dan penuh dengan amarah serta akan menyeruduk siapapun yang ada disana, sampai akhirnya aksi anak yang dirasuki setan banteng tersebut diketahui oleh salah satu guru hingga beliau  memukul punggung anak yang kerasukan tersebut dan seketika si anak tersebut langsung terlepas dari roh setan banteng yang merasukinya namun anak tersebut tidak mengetahui apa yang terjadi dengannya. 

          Melalui cerpen diatas, barangkali sang  penulis memiliki makna lain yang sebenarnya terkandung dalam isi cerpen tersebut, lagi" Ini masih barangkali. Namun terlepas dari itu mungkin ini merupakan simbol tentang berbagai permasalan yang sering terjadi di negeri ini, baik itu tentang korupsi, permainan politik, atau permasalahan-permasalahan lain yang seringkali kita jumpai dan kita temui. Barangkali sekelompok anak yang bermain itu adalah sekelompok partai politik, segerombolan orang yang bekerja sama dalam melakukan korupsi, dan lain sebagainya yang melakukan sebuah kejahatan, pemberontakan, melakukan kerusakan, serta membuat partai lain, kelompok lain disekitarnya tidak berani melawannya, dan itu dapat diibaratkan sebagai banteng yang penuh emosi, penuh amaran, dan menyeruduk siapaun disekitarnya. Lalu tokoh guru dapat diibaratkan sebagai keadilan hukum sehingga ketika orang tersebut telah ditangkap/di adili, maka orang itu akan sadar dan tidak melakukan hal tersebut kembali. 

          Terlepas dari itu, cerpen ini memiliki redaksi yang dapat dipahami oleh banyak orang. Jalan ceritanyapun sangat familiaruntuk dibac, tidak mengandung kata" kiasan yang sulit dimengerti. Namun jujur saya sangat kesulitan mengetahui maksud sebenarnya yang terkandung dalam cerpen ini. Ada salah satu cerpen yang sangat saya sukai yang beliau ciptakan yakni cerpen yang berjudul " senja untuk pacarku alina" Mungkin minggu depan boleh dibuatkan tentang membedah cerpen tersebut pak hehee, mungkin sekian esai yang saya buat. Mohon maaf atas keterlambatan ini, ternyata  esai ini belum terkirim

Komentar

Postingan Populer